Minggu, 02 Oktober 2011

Menjadi Dewasa Adalah Pilihan

“Dewasa adalah ketika seseorang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, bagi dirinya, dan orang disekitarnya” – Anonymous
Banyak hal yang dapat dijadikan tolok ukur kedewasaan seseorang. Seperti bagaimana seseorang dapat meredam ego nya, dapat menghargai waktu, dapat berpikiran jauh kedepan sebelum melakukan sesuatu, dapat memilah antara kebutuhan dan keinginan, dan masih banyak lagi. Tentunya tidak akan cukup kalau saya bahas semua. Mungkin beberapa poin dibawah ini dapat mewakili isi pikiran saya, atau mungkin pikiran Anda para pembaca mengenai bagaimana kedewasaan.

Keinginan vs Kebutuhan

Keinginan dan kebutuhan dalam pandangan saya adalah sebagai berikut. Keinginan adalah ketika seseorang menginginkan sesuatu yang sama sekali tidak bermanfaat, minimal bagi pribadi orang tersebut. Bermanfaat dalam hal ini adalah seberapa besar pengaruh positif jangka panjang yang ditimbulkan dari sesuatu yang diinginkan. Sementara kebutuhan adalah ketika seseorang menginginkan (atau bahkan tidak menginginkan) sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya namun tanpa dilandasi kesadaran atas manfaatnya bagi pribadi orang tersebut. Contohnya saja ketika seorang anak yang kecewa ketika membuka bungkus kado ulang tahunnya karena menyadari bahwa isinya adalah buku – buku ensiklopedi belajar untuk anak, bukan mainan kesukaannya yang sudah dijanjikan ayahnya sebelumnya. Mengapa hal itu terjadi? Karena anak tersebut belum menyadari kebutuhan mereka sebagai pelajar, dan seberapa besar manfaat buku - buku pelajaran bagi masa depannya. Maklum, namanya juga anak – anak, belum bisa berpikir dewasa, belum bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk :D

Menghargai waktu

Waktu adalah uang. Saya sangat setuju dengan pepatah ini, kalau boleh saya edit, “waktu lebih dari sekedar uang”. Uang bisa didapat dengan sangat mudah jika punya kemauan yang keras, tetapi waktu tidak dapat diputar kembali sekeras apapun anda mengusahakan untuk memutarnya. Saya yakin teman teman pembaca semua memiliki banyak pengalaman berkaitan dengan masalah waktu. Banyak kerugian yang didapat, secara mental maupun fisik, jika waktu terbuang sia – sia. Contohnya saja seorang mahasiswa yang menyianyiakan waktu belajarnya sehingga ia harus mengulang banyak mata kuliah, yang berarti jangka waktu di bangku perkuliahan menjadi lebih panjang dan uang yang dikeluarkan akan menjadi lebih banyak. Di pihak lain mahasiswa lain dapat lulus tepat waktu dengan nilai yang baik. Saya akan memberi contoh. Salah satu kerabat dekat saya, di usia 23 tahun, Ia sudah mampu membeli rumah dengan penghasilannya sendiri. Sementara banyak teman – teman kuliahnya yang masih berjibaku dengan aktivitas perkuliahan dikampus. Itu karena dia dapat memanfaatkan waktu belajarnya ketika kuliah dengan baik. Manfaatkan lah waktu Anda dengan sebaik mungkin.

Skala Prioritas

Poin terakhir adalah mengenai prioritas. Prioritas adalah sesuatu yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain. Seseorang harus dapat memilah milih hal – hal apa saja yang harus diprioritaskan atau lebih dulu dikerjakan. Hal dilematis yang sering terjadi adalah ketika seseorang harus memutuskan untuk memilih antara kepentingan keluarga dan kepentingan orang terdekat lainnya, dalam hal ini saya akan mengambil contoh keluarga vs kekasih. Mudah saja, untuk mengukur skala prioritas keduanya, seseorang harus dapat melihat pihak manakah yang memiliki pengaruh terbesar dalam hidupnya. Pihak tersebutlah yang diprioritaskan terlebih dahulu. Tetapi tidak lantas mengabaikan kepentingan pihak lainnya. Dibutuhkan solusi menang – menang atau win – win solution. Untuk mencapai solusi tersebut, dibutuhkan manajemen waktu yang baik. Nah, berarti kita dapat kembali ke poin sebelum nya tentang menghargai waktu. Benar bukan? :D

Dari 3 poin yang saling berhubungan tersebut dapat saya simpulkan bahwa jika seseorang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka orang tersebut dapat memilih mana yang BENAR untuk dirinya dan untuk orang orang disekitarnya. 

Menjadi tua adalah kepastian, Menjadi dewasa adalah pilihan. Sekian, semoga bisa menginspirasi Anda semua.

Minggu, 25 September 2011

Melawan Keterbatasan dengan Kejujuran

“Kebohongan akan selalu membuat orang tidak nyaman, kejujuranlah yang dapat membuat seseorang menjadi nyaman, berhentilah berbohong” – Chandra M. Hamzah
pada acara Apa Kabar Indonesia Malam di TV One 23-09-2011

Mari kita ingat kembali masa - masa di sekolah. Anak – anak yang pintar, selalu didekati teman – teman nya ketika menjelang musim ujian, dan selalu ditinggal ketika musim ujian telah selesai. Didekati dengan harapan mendapatkan “bantuan” ketika ujian, dan dijauhi ketika harapan tersebut tidak dapat dicapai.
“Ah si A pelit banget, masa gw mau nyontek ga dikasih, dipanggil pura-pura ga nengok, sombong banget! mentang – mentang pinter belagu!”
Hal ini tentu nya sangat memprihatinkan. Mereka yang mencoba berbuat jujur selalu dimusuhi oleh mereka yang perbuatannya kurang terpuji.

Kira – kira apa sih yang membuat siswa mencontek ? mungkin jawabannya adalah keterbatasan. Keterbatasan materi yang mereka kuasai, keterbatasan rasa percaya diri, dan keterbatasan lainnya. Keterbatasan materi kebanyakan menjadi alasan utama mengapa siswa mencontek. Disamping karena malas, mereka cenderung tidak memiliki tanggung jawab belajar. Hal tersebut terjadi karena mereka selalu berpikir mereka mempunyai kesempatan untuk mencontek pekerjaan orang lain. Berbagai macam cara mereka lakukan untuk mendapatkan nilai yang baik. Sayangnya, mereka menggunakan cara yang salah.

Faktor lain nya adalah pembiaran atas dasar belas kasihan oleh para pengawas ujian. Dengan harapan siswa nya mendapatkan nilai yang baik, para pengawas ujian yang kebanyakan adalah oknum guru/tenaga ajar, cenderung membiarkan siswa nya mencontek. Tentu saja ini bukanlah rasa kasihan yang semestinya. Semestinya para pengajar mengasihani para siswa nya yang mecontek, karena nilai yang didapat tidak sesuai dengan kemampuan para siswa. Tentu saja ini pembohongan terhadap diri sendiri.

Bagaimana merubahnya ?

Di Universitas tempat saya belajar sekarang, seperti biasa, mahasiswa dilarang untuk mencontek. Perbedaannya adalah, pengawas dan sanksi yang tegas. Pengawas ujian kebanyakan bukan dosen. Tetapi staff universitas. Mengapa seperti itu ? karena dosen atau pengajar cenderung memiliki rasa belas kasihan yang berujung pada pembiaran terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh para mahasiswa. Hal tersebut tentunya dapat memberi keleluasaan kepada mahasiswa untuk berbuat tidak jujur. Oleh karena itu, karyawan yang dianggap lebih “dingin” kepada mahasiswa dipilih menjadi pengawas ujian.

Yang berikutnya yaitu masalah sanksi. Para pengawas ujian diberikan hak penuh untuk langsung menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa yang melanggar, bahkan pada teguran pertama. Mahasiswa yang melanggar langsung ditulis namanya di berita acara, dan langsung digugurkan nilainya. Ditambah lagi, nama mahasiswa tersebut akan di tampilkan di papan pengumuman yang ada di semua pintu masuk kampus, yang tentunya akan dilihat seluruh mahasiswa lainnya. Memalukan bukan?

Cara – cara diatas terbukti ampuh, paling tidak untuk diri saya sendiri. Semenjak duduk di bangku perkuliahan, mau tidak mau, saya sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk mencontek. Jangankan kesempatan, niat pun tidak sama sekali.

Mungkin cara – cara tersebut dapat dilakukan di sekolah – sekolah atau di institusi pendidikan lainnya. Dengan harapan teman – teman pelajar akan merasa lebih nyaman dalam mengerjakan ujian. Disamping itu, teman – teman secara tidak sadar, memiliki tanggung jawab untuk belajar dengan baik. Dan yang paling penting, berapapun hasil yang didapat oleh teman – teman, itu merupakan hasil kerja keras sendiri, bukan bantuan orang lain. Ingat, buat apa dapat grade A, nilai 100, rapor 9, dan IPK cumlaude jika didapat dari hasil mencuri. Well, seharusnya anda malu.
"Lawanlah keterbatasan dengan butiran kejujuran"
Sekian, semoga dapat menjadi motivasi buat teman – teman semua.

Sabtu, 24 September 2011

Langkah Kecil Untuk Lompatan Kecil

"This is one small step for a man, one giant leap for mankind" - Neil Amstrong

Kutipan terkenal dari Neil Amstrong ketika melangkahkan kaki di bulan. Ya, butuh perjuangan untuk menjadikan sesuatu jauh lebih baik dari sebelumnya. Butuh pergerakan seseorang untuk sebuah lompatan besar umat manusia. Tanpa muluk - muluk, tulisan - tulisan saya di halaman ini merupakan langkah - langkah kecil saya untuk membawa para pembaca melangkah jauh kedepan.


Banyak hal yang akan saya tulis di blog saya ini. Yang bersumber dari teriakan - teriakan hati dan letupan - letupan kecil yang ada didalam pikiran saya. Dengan harapan, beberapa hentakan jemari di keyboard dan sedikit banyak kata - kata yang terbubuh disini, bisa membuat lompatan - lompatan kecil bagi umat manusia. Atau setidaknya untuk para teman - teman pembaca yang mampir di halaman ini.


Dengan pengalaman berkicau di situs jejaring sosial, sedikit pengalaman menulis blog, dan tanpa latar belakang sastra, saya akan mencoba menyampaikan pemikiran - pemikiran saya yang secara persuasif membawa anda para pembaca untuk merubah pola pikir yang monoton, menjadi lebih fleksibel.


Well, seberapa berpengaruhnya tulisan saya kepada anda tidaklah penting. Yang terpenting buat saya adalah paling tidak saya memiliki wadah untuk menyampaikan pemikiran - pemikiran saya. Dan (who knows?) saya dapat berjumpa dengan para blogger lain yang memiliki perspektif yang sama dengan saya. Yang kemudian dapat menjadi pergerakan besar bagi para pemuda - pemuda Indonesia. That's a hope.


Untuk para pemuda pemudi Indonesia.
Untuk Indonesia yang lebih baik.
Untuk generasi yang lebih baik.